MANAGEMEN LABA NYATA SEBAGAI PEMEDIASI HUBUNGAN UKURAN KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL DENGAN KINERJA KEUANGAN
“PROPOSAL PENELITIAN”
Dosen Pembimbing : M. Ghufron SE,MM
Disusun Oleh :
Muhammad Hartawan Syah (2110810018)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak Berle dan Means (1932) meneliti struktur
kepemilikan perusahaan ating, masalah keagenan merupakan isu sentral dalam atingion
keuangan. Dengan semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik
tidak dapat mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga inilah
yang memicu munculnya masalah keagenan. Masalah dalam teori keagenan muncul
ketika manajer dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda. Beberapa
studi menunjukkan bahwa terdapat dua masalah keagenan yang berkaitan dengan
kepemilikan, yaitu masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham (Jensen
dan Meckling, 1976) dan masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan
minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997). Masalah keagenan yang pertama terjadi
jika kepemilikan tersebar di tangan banyak pemegang saham sehingga tidak ada
satu pihak yang dapat mengendalikan manajemen, sehingga hanya ada pihak
manajemen yang atingi tanpa adanya pengendalian untuk menjalankan perusahaan.
Masalah keagenan tersebut menyebabkan perusahaan dapat dijalankan sesuai dengan
keinginan manajemen sendiri, sedangkan masalah keagenan yang kedua akan terjadi
jika terdapat seorang pemegang saham mayoritas dan beberapa pemegang saham lain
yang kepemilikannya minoritas. Hal ini menyebabkan pemegang saham mayoritas
memiliki kendali atingi sehingga dapat melakukan tindakan yang menguntungkan
pemegang saham mayoritas tetapi merugikan pemegang saham minoritas (Feliana,
2007).
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan
dapat berdampak pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang
menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik
perusahaan. Biaya agensi dapat diminimalisir dengan beberapa atingiona, salah
satunya dengan adanya kepemilikan investor institusional yang dapat berfungsi
sebagai agen monitor. Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi
saham antara pemegang saham dari luar yaitu investor institusional akan
mengurangi biaya agensi. Keberadaan pemegang saham institusional dapat
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Masalah agensi juga dapat dikurangi dengan meningkatkan pengawasan terhadap
perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh institusi akan mendorong pengawasan
yang lebih efektif, karena institusi merupakan atingionar yang memiliki
kemampuan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan (Murhadi, 2008).
Pozen (1994) mengungkapkan beberapa metode yang
digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi pembuatan keputusan
manajerial, mulai dari diskusi informal dengan manajemen, sampai dengan
pengendalian seluruh kegiatan operasional dan pengambilan keputusan perusahaan.
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi
oleh para manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling
melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba (Ardiati, 2003)
1. Perilaku
oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya dalam kompensasi,
kontrak ating
politik.
2. Perspektif
kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua pihak
yang terlibat dalam kontrak, tetapi manajemen laba sering diartikan pula
sebagai sesuatu yang tidak baik dilakukan oleh manajer, sehingga banyak
definisi yang menekankan manajemen laba sebagai sesuatu perilaku oportunistik
manajemen.
Penelitian
Theresia (2005) menunjukkan bahwam tindakan manajemen laba merupakan salah satu
ating yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode
akuntansi tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya.
Gideon (2005) menyatakan bahwa manajemen laba akan sangat mempengaruhi tingkat
kualitas kinerja yang dilaporkan oleh
manajemen. Setiawati dan Naim (2000) merangkum berbagai hal penelitian
terdahulu untuk mendeteksi ating-faktor penyebab terjadinya praktik manajemen
laba yang terdiri dari praktek peningkatan laba dan praktek penurunan laba.
Penelitian
yang dilakukan Subramanyam (1996) dalam Ardiati (2003), menyatakan bahwa akrual
diskrisioner (atingionary accruals) berhubungan
dengan harga saham, laba yang yang akan ating dan alirakan kas, dan
menyimpulkan bahwa manajer memilih akrual untuk maningkatkan keinformatifan (informativaness) laba akuntansi. Ia juga menemukan bahwa pasar
saham melekatkan nilai untuk akruel diskresioner. Temuan tersebut konsisten
dengan dugaan bahwa akruel diskresioner yang mencerminkan informasi prifat
manajer dapat meningkatkan kemampuan
laba dalam mencrminkan nilai ekonomis perusahaan
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah
ukuran kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba dan
kinerja keuangan
2. Apakah
manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan
3. Apakah
ukuran kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba
dan kinerja keuangan
1.3 Tujuan dan Keugunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian ini adalah
a.
Untuk menguji pengaruh ukuran
kepemilikan institusional terhadap manajemen Laba dan kinerja Keuangan
b.
Untuk menguji pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan
c.
Untuk
menguji pengaruh positif kepemilikan
institusonal terhadap manajemen laba dan kinerja Keuangan.
1.3.2
Kegunaan penelitian ini adalah
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan/manfaat yaitu
1.
Bagi para pemakai laporan keuangan dan
praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami struktur kepemilikan
institusional serta praktik manajemen laba dan kinerja keuangan, sehingga dapat
meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.
2.
Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat
memberikan masukan, khususnya yang berkaitan dengan Manajemen Laba
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu
Penelitian-penelitian
yang terkait dengan manajemen laba telah banyak dilakukan oleh penelitian
terdahulu. Menurut penelitian healy (1985) merupakan salah satu bukti empiris
yang paling populer mengenai keberadaan manajemen laba. Healy memebuktikan
bahwa kompensasi yang didasarkan atas data akuntansi merupakan insentif bagi
manajer untuk memeilih prosedur dan metode akuntansi yang dapat memaksimumkan
besarnya bonus yang akan diperoleh. Laba suatu periode akuntansi yang rendah
dari target laba (bogey) merupakan insentif bagi manajer untuk mengurangi laba
yang akan dilaporkan dalam periode tersebut dan mentransfer laba periode
berikutnya. Jika bonus yang dapat diterima manajer memeilik batas atas, maka
laba suatu periode yang lebih tinggi dari batas atas target laba untuk
mendapatkan bonus (cap) akan merupakan insentif bagi manajer untuk mengurangi
laba.
Penelitian
yang dilakukan Subramanyam (1996) dalam Ardiati (2003), menyatakan bahwa akrual
diskrisioner (discritionary accruals) berhubungan
dengan harga saham, laba yang yang akan datang dan alirakan kas, dan
menyimpulkan bahwa manajer memilih akrual untuk maningkatkan keinformatifan (informativaness) laba akuntansi. Ia juga menemukan bahwa pasar
saham melekatkan nilai untuk akruel diskresioner. Temuan tersebut konsisten
dengan dugaan bahwa akruel diskresioner yang mencerminkan informasi prifat
manajer dapat meningkatkan kemampuan
laba dalam mencrminkan nilai ekonomis perusahaan.
Berle
dan Means (1932) meneliti struktur kepemilikan perusahaan publik, masalah
keagenan merupakan isu sentral dalam literatur keuangan. Dengan semakin
besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik tidak dapat mengelola
sendiri perusahaannya secara langsung sehingga inilah yangmemicu munculnya
masalah keagenan.
Masalah
dalam teori keagenan muncul ketika manajer dan pemegang saham memiliki
kepentingan yang berbeda. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat dua masalah
keagenan yang berkaitan dengan kepemilikan, yaitu masalah keagenan antara
manajemen dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976) dan masalah keagenan
antara pemegang saham mayoritas dan minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997).
Penelitian
Theresia (2005) menunjukkan bahwa tindakan manajemen laba merupakan salah satu
faktoryang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode
akuntansi tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya.
Gideon (2005) menyatakan bahwa manajemen laba akan sangat mempengaruhi tingkat
kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen.
Setiawati dan Naim (2000) merangkum berbagai hal
penelitian terdahulu untuk mendeteksi faktor-faktor penyebab terjadinya praktik
manajemen laba yang terdiri dari praktek peningkatan laba dan praktek penurunan
laba. Praktik peningkatan laba dilakukan manajer untuk memaksimalkan kompensasi
yang didasarkan pada kinerja akuntansi, memperoleh atau mempertahankan kendali
perusahaan, pertimbangan pasar modal pada saat penawaran saham perdana, serta pertimbangan
memperbaiki kinerja yang dilaporkan pada stakeholder, sedangkan praktik
penurunan laba dilakukan manajer untuk memperoleh penghematan pajak, menyiasati
peraturan pemerintah misalnya untuk meminimalkan jumlah denda untuk mendapatkan
fasilitas pemerintah, dan pertimbangan kondisi persaingan untuk mencegah
masuknya pesaing baru.
2.2 Tinjauan teori
2.2.1
Manajemen Laba
Scott (2009) membagi cara pemahaman terhadap
manajemen laba menjadi dua, yaitu pertama, menyatakan laba dipandang sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost dan kedua, dengan
memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, manajemen laba
memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi dirinya dan perusahaan
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan
pihak–pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat
mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya
dengan membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Menurut Assih dan Gudono (2000) mengartikan manajemen
laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General
Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang
dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
dan menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba
tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan
penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa
manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan
bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi
laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat
mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari dkk.,
1994) dalam Assih (2004).
2.2.2 Konsep manajemen laba
Sesuai dengan tema diatas map dasar
Aka perlu untuk memahami terlebih dahulu mengenai konsep dasar manajeman laba.
Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai teori-teori empiris yang sedang
berkembang dikalangan peneliti mengenai praktik manajemen.
2.2.3 Deskripsi manajemen laba
Manajemen laba dapat terjadi karena mmanajer
diberikan keleluasaan untuk memeilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam
mencatat. Selain itu, perilaku manipulasi ini juga terjadi karena adanya
asimetri ( information asymmetry) yang tinggi antara manajemen dan pihak lain
yang tidak memepunyai sumber, dorongan, atau akses yang memadai terhadap
informasi untuk memonitor tindakan manajemen Richardson (1998) dalam midiastusy
dan macfoedz (2003: 177). Sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja
perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingan sendiri morris (1987) dalam
midiastuti dan Machfoedz (2003:177).
Secara definitif ini merupakan upaya
manajer untuk menggunakan keputusan tertentu dalam melaporkan transaksi atau
untuk mengubah laporan keuangan yang ingin mengetahui kenerja perusahaan atau
untuk memepengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi
yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1998; DuCharme et, 2000 dalam sulistyanto
dan Wibisono (2003:133).
2.2.4 Kepemilikan Perusahaan
Kepemilikan suatu perusahaan terdiri atas
kepemilikan institusional, kepemilikan individual, atau campurankeduanya dengan
proporsi tertentu. Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi, dan kepemilikan
institusi
lain). Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
investor individual, di antaranya yaitu:
1.
Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor
individual untuk mendapatkan informasi.
2)
Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi,
sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3)
Investor institusional, secara umum memiliki relasi bisnis yang lebih kuat
dengan manajemen.
4)
Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untukmelakukan pengawasan
lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
5)
Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga
dapat meningkatkan jumlah informasi secaracepat yang tercermin di tingkat
harga.
2.2.3
Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja keuangan menurut Mulyadi (1997)
adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba. Melalui peningkatan kinerja, perusahaan
akan menurunkan biaya modal, sementara itu investasi terhadap perusahaan akan
meningkat dan harga saham akan meningkat pula. Kinerja perusahaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya
kepemilikan, manipulasi laba, dan pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan
yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga
akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan akan
memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dan dapat
digunakan untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan.
Dukungan empiris perihal faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain penelitian yang dilakukan oleh Husnan (2000)
yang menemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan
imbalan yang lebih besar kepada manajemen dibanding dengan perusahaan yang
kepemilikannya lebih terkonsentrasi.
2.2.5 Analisis kinerja keuangan
Menganalisis kinerja keuangan perusahaan
sama halnya dengan menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
alat yang sangat penting unti memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Data-data yang terdapat dalam laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-
pihak yang berkepentingan apabila data-data tersebut diperbandingkan untuk dua
periode atau lebih dan di analisis lebih lanjut sehingga diperoleh data-data
yang akan mendukung keputus yang akan diambil. Menurut Hanafi (1996:5) analisis
laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui
tinggkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko (tingkat kesehatan)
perusahaan.”
Manfaat yang diperoleh dari adanya
analisis laporan keuangan adalah diketahui posisi atau keadaan keuangan
perusahaan dan yang lebih penting lagi akan dapat menilai kinerja perusahan.
Kinerja perusahaan merupakan tinggkat perestsi atau hasil riil yang telah
dicapai suatu perusahaan , yang biasanya berupa suatu hasil yang positif.
2.2.6 Alasan dalam melakukan penelitian
Untuk mengetahui
dan memperoleh bukti empiris apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja
keuangan dan kepemilikan instirusional pada perusahaan manufaktur dan
perusahaan dagang yang listing di BEI.
2.3 Kerangka Konseptual
Kepemilikian institusional
|
Kinarja keuangan
|
Manajemen laba
|
ROE
& ROA
|
Persentase jumlah saham
|
2.4
Hipotesis
1. HI:
Ukuran Uepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan
2. H2:
Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
3. H3:
Ukuran kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Manajemen Baba
kinerja keuangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan waktu penelitian penelitian
1.
Jenis data dalam penelitian ini adalah:
Data
Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan
(scoring).
3.Waktu
dalam penulisan proposal ini adalah pada
bulan januari sampai dengan bulan maret.
3.2
Populasi dan sampel penelitian
Populasi
perusahaan manufaktur dan perusahaan perdagangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode
2008-2012.
Pengukuran
Sampel yang digunakan adalah proposif sampling penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur dan perusahaan perdagangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia
(BEI) untuk periode 2008-2012 yang memiliki struktur konsentrasi kepemilikan
institusional (minimal saham yang dimiliki oleh investor institusional adalah
20% dari total saham perusahaan) dengan kriteria perusahaan merupakan kelompok
industri manufaktur dan perdagangan di PT. BEI yang tercatat sampai dengan
tahun 2011 dan perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan dengan tahun
buku yang berakhir pada 31 Desember periode tahun 2008 sampai dengan 2011.
3.3 Variabel penelitian
1. Dalam
penelitian ini variabel dependen adalah konsentrasi kepemilikan institusional.
2. variabel
dependen intervening adalah manajemen laba dan nilai pemegang saham.
3. dan
variabel independen tergantung adalah kinerja keuangan.
3.3.1 Definisi operasional variabel
1. Variabel
konsentrasi Kepemilikan Institusional
Variabel
konsentrasi kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham
yang dimiliki oleh institusi minimal 20% terhadap total saham perusahaan.
Pengukuran variabel ini mengacu La Porta et al. (1999) yang menyatakan bahwa
kepemilikan saham di negara yang tidak terdapat kepemilikan terkonsentrasi
(Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang) maksimal 20%, sehingga konsentrasi kepemilikan
institusional minimal 20%.
2. Variabel
Kinerja Keuangan
Variabel
kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur
dengan melakukan analisis faktor pada return on asset (ROA) dan return on
equity (ROE). Secara matematis ROE dirumuskan sebagai berikut:
ROA
diperoleh dengan cara membandingkan net income after tax (NIAT) terhadap
average total asset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan
sebagai berikut:
3. Variabel
manajemen laba
Manajemen
laba yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu tindakan manajemen yang
menyimpang dari aktifitas opersional dengan tujuan untama untuk menemukan
terget laba yang di harapkan (Roichodhury. 2005)
3.4 Analisis data
Penelitian ini menggunakan model Structural Equation
Model (SEM), sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi statistik deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik
merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa
angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program AMOS,
sedangkan statistik deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan
gejala-gejala yang terjadi pada seluruh variabel penelitian untuk mendukung
hasil analisis statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiati,
Aloysia Yanti. 2003. Engaruh manajrmen laba terhadap return saham dengan
kualitas audit sebagainvariabel pemoderasi.
Algifari,
1997. Statika Induktif untuk ekonomi dan
bisnis. Yogyakarta: Akademi Manajer perusahaan YKPN.
Arifin,
Z. 2003. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur
Kepemilikan
Terkonsentrasi
yang Dikontrol Keluarga: Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi Pascasarjana
FEUI.
Anderson,
R.C., S.A. Mansi, and D.M. Reeb. 2002. Founding Family Ownership and the Agency
Cost of Debt. http:/www.sssrn.com.
Ashari,
N., H.C Koh, S.L.Tan dan W.H Wong.1994.”Factor Affectin Income Smoothing Among
Listed Companies in Singapore”, Journal of Accounting and Business Research.
Autum: 91-301.
Asih,
Prihat dan Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar
atas pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 3:17-34.
Des.Berle,
Adolph dan Means, Gardiner, 1932. The Modern Corporation dan Private Property.
New York: MacMillan.
Berle,
Adolph and Means, Gardiner, 1932. The Modern Corporation and Private Property.
New York: MacMillan. Brigham, Eugene F. and Joel F Houston. 1999. Manajemen
Keuangan. Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Bryshaw,
R. E and Ahmed Eldin. 1989. “The Smoothing Hipothesisand The Role of Exchange
Differences”. Journal of Business, Finance and Accounting: 621-633.
Bushee,
B. J. 1998. The Influence of Institutional investors on Myopic R & D
Investment Behavior”. The Accounting Review December.
Cheng,
Q. and Terry D.W. 2005. “Equity Incentives and Earnings Management”. The
Accounting Review. 80: 441-476.
Dechow,
P.M. dan Richard. G.S. 1991. “Executive Incentives and The Horizon Problem: An
Empirical Investigation”. Journal of Accounting and Economics. 14: 51 – 89.
Dechow,
P.M., Richard G.S., and Amy P.S. 1995. “Detecting Earnings Management”. The
Accounting Review. 70: 193-225.
Dechow,
P.M., S.P. Kothari, and R. Watts. 1998. “The Relation between Earnings and Cash
Flows”. Journal of Accounting and Economics. 25: 133-168.
Dechow,
P.M and Douglas J.S. 2000. “Earnings Management: Reconciling the Views of
Accounting Academics, Practitioners, and Regulators.” Accounting Horizons. 14
(Juni): 235 – 250.
Faccio,
Mara and L.H.P. Lang. 2002. “The Ultimate Ownership of Western European
Corporations”. Journal of Financial Economics. Vol. 65: 365-395.
Feliana,
Yie Ke. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi dengan
Pihak-pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa Terhadap Daya Informasi Akuntansi.
Simposium Nasional Akuntansi X 2007.
Fuerst,
Oren and Hyon Kang-Sok. 2000. Corporate Governance Expected Operating
Performance, and Pricing. Working Papers. Yale School of Management: 1-138.
Gideon
SB Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace
dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional
Akuntansi VIII 2005.
0 komentar:
Posting Komentar