Sabtu, 05 April 2014

Perspektif modern terhadap kepemimpinan

 KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan anugrah dan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini dibuat guna melengkapi kewajiban kami sebagai seorang mahasiswa. Adapun tugas kali ini adalah PERSPEKTIF MODERN TERHADAP KEPEMIMPINAN
                Penulis berusaha menyusun Karya Tulis ini sebaik mungkin, dengan tujuan agar pembaca dapat memahami apa saja isi dan pembahasan makalah tersebut secara seksama. Dan penulis sadar betul akan kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memberikan masukan dan perbaikan.



                                                                                                                    Malang, 08 januari 2014


                                                                                                                                  Penulis



PENGERTIAN  KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan pengguna pengaruh non koersif untuk mengarahkan dan mengkoordinasi aktiitas anggota keompok guna mencapai tujuan sebagai sifat, kepemimpinan adalah rangkaian karakteristik yang dihubungkan denan mereka yang dirasa akan menggunakan pengaruh seperti dengan berhasil.
                Kepemimpinan tidak melibatkan kekerasan ,maupun koersi seorang manager yang semata-mata menggandalkan kekerasan dan otoritas formal untuk mengarahkan perilaku bawahan-bawahan tidak mempraktkkan kepemimpinan
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
 Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
MODEL KEPEMIMPIN FIEDLER(CONTINGENSY THEORY)
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73).
Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.
Untuk menilai sistem motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala sikap dalam bentuk skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala bipolar. Skor yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh peminpin antara dia sendiri dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi” (Least Prefered Coworker = LPC). Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi dalam suasana menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang dianggap tidak dapat bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya tugas (task oriented). Fiedler menyimpulkan bahwa:
1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority)
b. Struktur tugas (task structure)
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member relations)
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).
Berdasarkan ketiga variabel ini Fiedler menyusun delapan macam situasi kelompok yang berbeda derajat keuntungannya bagi pemimpin. Situasi dengan dengan derajat keuntungan yang tinggi misalnya adalah situasi dimana hubungan pemimpin-anggota baik, struktur tugas tinggi, dan kekuasaan kedudukan besar. Situasi yang paling tidak menguntungkan adalah situasi dimana hubungan pemimpin-anggota tidak baik, struktur tugas rendah dan kekuasaan kedudukan sedikit.


MODEL KEPEMIMPINAN DARI VROOM-YETTON
PENDEKATAN POHON KEPUTUSAN VROOM-YETTON
Pendekatan kontemporer utama yang ketiga untuk kepemimpinan adalah pendekatan poho keputusan (vrooms decision free appoarch) versi yang paling awal diajukan oleh victor vroom dan Philip yetton dan kemudian dikembangkan oleh vroom
Pendekatan pohon keputusan vroom berasumsi bahwa tingkat diman para bawahan harus didorog untuk berpartisipasi daam pengambilan keputusan bergantung pada karateristik situasi dengan kata lain tidak ada satu proses pengambilan-keputusan yag palig baik untuk seua situasi. Perumusan terbaru vroom mengusulkan bahwa para manajer seharusnya menggunakan satu dari pohon keputusan yang berbeda untuk berbuat demikian manager terlebih dahulu menilai situasi dalam beberapa factor penilaian melibatkan penentuan apakah faktur yang ada “tinggi” atau “rendah” untuk keputusan yang dibuat.sebagai contoh factor pertama adalah arti keputusan jika keputusa sangatlah penting dan mungkin dengan memiliki pegaruh besar pada organisasi misalnya (memilih lokasi pabrik baru) artinya “tinggi “ satu pohon keputusan harus digunakan ketika manager sangat tertarik dalam mengambil keputusan yang sebisa mungkin tepat waktunya











Masih Perlu direvisi
 

MODEL KEPEMIMPINAN PARH-GOAL
Pendekatan kotingensi penting lainnya untuk kepemimpinan adalah teori jalan- sasaran yang berfokus pada situasi dan pemimpin daripada sifat-sifat pemimpin
Teori sasaran berakar pada teori harapan mengatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang dapat diprediksi dari tingkat sampai mana orang itu percaya kinerja pekerjaaan akan menghasikan berbagai hasil(harapan) dan nilai dari hasil-hasil itu (valensi) untuk individu tersebut. Teori kepemimpinan jalur-sasaran (path-goal of theory leadership) berpendapat bahwa para bawahan termotivasi oleh pimpinan mereka hingga tingkat dimana perilaku pemimpin itu memengaruhi harapan mereka, dengan kata lain pemimpin memengaruhi kinerja bawahan dengan mengklarifikasi perilaku(jalur) yang akan menghasikan penghargaan yang diiginkan (sasaran).
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Sebagai contoh teori path goal adalah pemimpin dalam suatu regu untuk mendaki gunung,. Pemimpin yang efektif yaitu di mana pemimpin memberikan arahan serta motivasi agar bawahannya atau anggotanya dapat mencapai ke puncak gunung. Pemimpin biasa memberikan reward ke pada anggotanya agar dapat mencapai tujuan bersama.

Teori jalur sasaran mengidentifikasikan empat jenis perilaku pemimpin
1.       Kepemimpinan direktif
Pemimpin membiarkan para bawahan mengetahui apayang diharapkan dari mereka
2.       Kepemimpinan suportif
Pimpinan yang ramah dan menunjukkan perhatian status kesejahteraan dan kebutuhan dari bawahan
3.       Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan tentang isu-isu dan mempertimbangan saran saran mereka sebelum mengambil keputusan
4.       Yang berorientasi pada prestasi : menyangkut penentuan tujuan yang menantang pengharapan terhadap para bawahan untuk bekerja pada tingakat yang paling tinggi dan menunjukkan kepercayaan yang kuat sehingga para bawahan aka menyarankan usaha dan ketetapan tujuan.

PERBANDINGAN ANTARA BEBERAPA PENDEKATAN SITUASIONAL

Tiga model ini mempunyai kesamaan dan perbedaan. Model-model tersebut mempunyai persamaan antara lain:
1.      Memusatkan perhatian pada dinamika kepemimpinan,
2.      Telah mendorong riset mengenai kepemimpinan, dan
3.      Tetap merupakan masalah controversial karena masalah-masalah pengukurannya, terbatasnya pengujian riset, dan/atau hasil riset yang saling bertentangan
Perbedaannya
1.      Model fiedler adalah model yang banyak diuji dan mungkin yang paling controversial. Pandangannya mengenai perilaku pemimpin terpusat pada kecenderungan berorientasi pada tugas dan hubungan dan bagaimana kecenderungan ini mempengaruhi dengan tugas dan kekuatan posisi.
2.      Vroom dan Yetton, memandang perilaku dari segi gaya yang otokratis, konsultatif atau gaya kelompok.
3.      Jalan tujuan, menekankan tindakan penolong (instrumental actions) dari pemimpin dan empat gaya tindakan ini antara lain direktif, partisipasif dan yang berorientasi pada prestasi.
Beberapa Masalah Mengenai Kepemimpinan
1.      Apakah Perilaku merupakan Sebab atau Akibat ?
Pembahasan masalah ini secara tidak langsung mencakup apakah perilaku pemimpin mempunyai pengaruh terhadap hasil karya dan kepuasan pekerjaan pengikut? Namun demikinan, ada alas an yang kuat untuk mengemukakan bahwa hasil karya dan kepuasan pengikut menyebabkan pemimpin mengubah gaya kepemimpinanya. Pernah dikemukakan bahwa orang yang akan mengembangkan sikap positifnya terhadap obyek yang dapat merupakan alat untuk memuaskan kebutuhannya.
2.      Hal-hal yang membatasi efektivitas kepemimpinan
3.      Apakah ada pengganti bagi kepemimpinanyang mempengaruji kepuasan dan hasil karya?




Sumber  :
http://yanirahmanarsyi.blogspot.com/2011/03/kepemimpinan-pendekatan-dari-segi.html
http://teorionline.wordpress.com/2012/02/15/model-model-kepemimpinan/
Moorhead . griffin .. edisi 9 penerbit salemba empat

0 komentar:

Posting Komentar